(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali ditetapkan sebagai daerah terinovatif se-Indonesia dalam program Innovative Government Award (IGA) 2023 oleh Kementerian Dalam Negeri.
Apresiasi kredibel dari pemerintah pusat bagi setiap inovasi instansi pemerintahan itu berhasil dipertahankan Banyuwangi selama enam tahun berturut-turut.
Penghargaan langsung diberikan
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian kepada Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani
di Jakarta, Selasa (12/12/2023). Banyuwangi dinilai telah memiliki budaya
inovasi yang baik.
“Seperti yang pernah disampaikan
Bapak Presiden bahwa setiap daerah harus berani membuat terobosan, tidak boleh
monoton. Inilah yang terus kami budayakan di Banyuwangi, agar kita bisa terus
ber-progress meski dihadapkan pada berbagai tantangan,” kata Ipuk.
Budaya inovasi yang dikembangkan
Banyuwangi tak sekadar mengukuti trend. Namun, dirancang agar terintegrasi dan
partisipatif. Sehingga tak kurang dari 207 inovasi yang didaftarkan memiliki
keterhubungan dan terdapat pelibatan masyarakat di dalamnya.
Ipuk mencontohkan seperti halnya
penanganan stunting. Melalui program inovatif Banyuwangi Tanggap Stunting
(BTS), berbagai inovasi yang berbasis digital ataupun non-digital
diintegrasikan.
Dari data hingga jenis intervensi
yang dibutuhkan untuk penanganan stunting dari setiap baduta (bayi dua tahun)
dapat dipantau melalui inovasi Smart Kampung yang berbasis digital.
“Dari sini, warga dapat
berpartisipasi aktif untuk turut melakukan penanganan maupun pengawasan
terhadap stunting,” papar Ipuk.
Tak sebatas itu, lanjut Ipuk,
inovasi ini juga melibatkan banyak pihak lainnya. Di antaranya adalah inovasi
Laskar Sakinah yang merupakan para wanita pedagang sayur keliling.
Mereka dilibatkan untuk
mengantarkan makanan kaya gizi setiap harinya bagi ibu hamil beresiko tinggi
maupun ke balita stunting.
“Dari ketelibatan ini, multiplier
effect-nya meluas. Tidak sebatas penanganan stunting, tapi juga memberikan
peningkatan ekonomi kepada masyarakat yang terlibat. Ini ruh dari setiap
inovasi yang kami cetuskan. Harus ada dampak nyata,” tegasnya.
Dengan penguatan budaya inovasi
yang terintegrasi, partisipatif dan berdampak tersebut, berkorelasi dengan
sejumlah pencapaian.
Di antaranya adalah peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat. Dari Rp 49,99 juta di tahun 2021, kini naik
menjadi Rp. 53,87 juta di 2022.
Sama halnya dengan kemiskinan. Berdasarkan data BPS, kemiskinan di Banyuwangi pada 2022 berkurang dari 8,07 persen menjadi 7,34 persen di 2023; sudah lebih rendah dibanding era sebelum pandemi Covid-19. (humas/kab/bwi)